Rabu, 24 Desember 2014

Pengakuan Dosa Sosial si chilmi

Sore ini ditemani rintik hujan dan aroma khasnya yang membawa setiap indra penciuman terperosok dalam kenangan, aku termenung bingung mau ngapain.. kemudian aaya ingat ah, iya lama benar rasanya tidak menulis di blog ini. lama tak meracau...

soalnya bingung juga sih mau nulis apa. haha, saya sudah tidak se idealis dulu sih, nggak sesemangat dulu, dan nggak sepede dulu. rasanya begitu..

bentar, aku sholat ashar dulu...  oke dilanjut..

ceritanya panjang, tampaknya melelahkan kalau mau diceritakan semua. Intinya, baru-baru ini saya sadar, saya tampak terlalu munafik  egois, bahkan terhadp diri saya sendiri.

belakangan ini saya sering "menoleh ke belakang" , dan melihat diri saya sendiri melaju melalui dimensi waktu.  dari sanalah saya kumpulkan data untuk evaluasi. rupanya saya salah jalan, cukup jauh, dan tampak melelahkan untuk putar balik.

dari sana pula, terasa betapa ucapan- ucapan saya rupanya kasar kurang sensitif terhadap apa yang dirasakan pera pemilik telinga yang mendengar nada suara saya. saya mau mengubahnya,  ini sulit.

saya juga merasa kalo sikap dan ucapkan saya jauh dari kepolosan ketulusan. ini dapat dibuktikan ketika saya bersama orang yang sudah tua, dan anak-anak. saya tidak  kurang nyaman ketika bersama mereka. setelah saya pikir2, nampak bahwa ada yang salah dengan diri saya. anak anak itu kan polos, apa adanya.. nggak basa basi.. nah rupanya saya jago basa basi, lebih biasa jaga image daripada jaga perasaan. ini yang membuat saya tampak "antisosial". bahkan ada  dulu semasa kuliah yang menjuluki saya Squidy karena dibilangnya saya mirip tokoh squidw*rd di film kartun Sp*ngebob, si penyendiri yang anti sosial.

di akhir masa kuliah saya ini ( yang mestinya udah kelar tapi saya ulur2 karena saya takut habis ini mau ngapain), saya mencapai puncak ketakutan akan masa depan. mungkin iya bener, masa muda saya tidak saya gunakan dengan baik untuh belarajr bersusah-susah menghadapi kehidupan saya sendiri. kalaun anda lihat dulu saya nampak bekerja keras,  percayalah itu hanya pura-pura. aslinya mah saya pemalas banget.

misalnya soal organisasi, saya dulu aktif di organisasi udah sejak SMA. tapi niatnya nggak kurang bener. saya melakukannya supaya "kelihatan" hebat gitu lah kira, dan itu juga karena teman2. merekalah yang sebenarnya bekerja serius, saya hanya ikut2tan aja. ini pengakuan dosa hahaa... siapa aja deh yang masih lebih muda dari saya, jangan begitu yah.. ntar nyesel loh. Kerasa kalo temen2 udah pada kerja sendiri2 udah pada berkeluarga sendiri2..  baru saat itu kita tahu.

misalnya lagi soal pacaran relatioship. beberapa teman serius dengan pacarnya, bertahan lama, saling menjaga, kemudian putus baik2, atau mungkin menikah. lha, saya enggak, hehe.. saya mah pernah pacaran cuman ngikutin tren (semacem kaya anak kecil tuh, temen2nya pada pake sepatu baru, kalo nggak sepatu baruan juga  berasa jadi alien). nggak ngerti komitmern, sok-sokan kelak "aku akan menikahimu", tampak mencoba bertanggungjawab. padahalsih, mimpin diri sendiri aja nggak bisa.... apalagi..
Alhasil, karena pengaruh ikut2an yang sangat kuat, menjadikan saya tidak memiliki prinsip yang pasti. dampak buruknya? waktu yang mestinya saya fokuskan untuk belajar dan menuntut ilmu jadi tersita, dan berpotensi menghancurkan masa depan.

nah di titik ini saya rasa cukup lah ya, saya melakukan pencitraan di hadapan manusia, di temen,  keluarga, kakak kelas, adik kelas,  kolega, tetangga, tamu. cukup lah. percuma juga nampak baik kalo ntar juga ketahuan bobroknya...

dari sini saya mencoba kembali menjadi anak-anak, yang polos, tidak menutup-nutupi, mencoba memulai lagi dari awal. mencoba belajar kembali, menjadi pribadi yang lebih baik, peka terhadap orang lain,

akhir posting. Mudah- mudahan Allah meluruskan niat saya untuk memperbaiki diri, mudah-mudahan saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik, tidak lagi menyakiti orang lain, memiliki kepekaan sosial yang lebih baik, bermanfaat bagi orang lain. mudah-mudahan

Senin, 20 Januari 2014

syair imam najmudin

Syaikhul Imam Najmuddin Umar bin
Muhammad An-Nasafi dalam
menyifati jariyah Ummi waladnya,
tergubah beberapa bait syi’ir :
Salamku buat si dia, yang
membuatku terpesona karena lembut
tubuhnya
Halus pipinya dan giuran kerdipan
matanya
Si cantik molek, diriku jadi tertahan,
hatikupun tertawan
Hati kebingungan, bila bermaksud
tuk menggambarkan
Aku berkata : tinggalkan daku,
maafkan aku
Karena kusibuk membuka jalan dan
menuntut ilmu
Selama aku mencari utama dan
taqwa
Tak perlu lagi, rayuan si cantik dan
harum baunya